Friday, October 25, 2013

Mom and Me versus You and Dad

Judul                : The Squid and the Whale
Sutradara         : Noah Baumbach
Produser          : Wes Anderson
Penulis             : Noah Baumbach
Pemeran          : Jeff Daniels, Jesse Eisenberg, Laura Linney, Owen Kline
Tanggal Rilis    : 2005

Judul di atas sebenarnya merupakan line pertama film ini. Line tersebut menggambarkan bentuk tim ketika keluarga Berkman sedang bermain tenis pada adegan pembuka, namun siapa sangka bahwa mom and me versus you and dad kemudian benar-benar terjadi dan membagi keluarga Berkman menjadi dua?
Bernard Berkman (Jeff Daniels) adalah seorang novelis yang mulai mengalami penurunan karir dan lebih disibukkan mengajar sastra di sebuah perguruan tinggi. Sementara itu, istrinya, Joan (Laura Linney), baru saja merintis karirnya sebagai penulis dan menerbitkan tulisannya yang justru meningkatkan ketegangan dengan suaminya. Pertengkaran-pertangkaran terus terjadi, hingga akhirnya sepasang suami istri itu memutuskan untuk bercerai. Mereka memanggil kedua anak laki-laki mereka yang masih berusia remaja, Walt (Jesse Eisenberg) dan Frank (Owen Kline) untuk berkumpul bersama di ruang tengah, dan mengatakan niat mereka untuk bercerai. Karena Bernard kemudian memutuskan untuk menyewa sebuah rumah, ia dan Joan mengatur jadwal pertemuan dengan anak-anak mereka secara bergilir, meskipun pada akhirnya Walt tinggal dan menetap bersama ayahnya, sedangkan Frank memilih bersama ibunya.
Film ini memusatkan perhatian pada perilaku Walt dan Frank sebagai ‘korban’ kasus perceraian. Walt dan Frank menunjukkan perjuangan pribadi dengan cara yang berbeda untuk menangani stres menghadapi perceraian orang tuanya. Pendekatan langsung digunakan film ini untuk menggambarkan kerusakan yang disebabkan oleh perceraian pada anak-anak. Secara jujur, film ini menjelaskan bagaimana kata-kata makian yang sering kali diucapkan anak sebenarnya merupakan cerminan kehidupan sekitarnya, yang dalam hal ini adalah keluarga. Masalah seks juga diperbincangkan, dengan menyoroti masa pertumbuhan remaja yang kurang mendapat pengawasan dari orang tua. Namun film ini tidak hanya berbicara mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, tetapi membawa pesan moral yang kuat dan menekankan pada nilai-nilai keluarga.
Meskipun mengisahkan tentang masalah keluarga, film ini bukan film yang layak ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Karena mengandung konten seksual, bahasa kasar, dan penggunaan alkohol, maka film ini dikategorikan R (Restricted), yang berarti anak-anak yang masih berusia di bawah 17 tahun tidak diizinkan untuk menonton film ini, kecuali di bawah pengawasan orang tua atau orang dewasa.

Semi-autobiografi Noah Baumbach, sutradara drama-komedi
Noah Baumbach yang memiliki latar belakang keluarga penulis (ayahnya, Jonathan Baumbach, adalah seorang novelis, sedangkan ibunya, Georgia Brown, adalah seorang kritikus film) terinspirasi untuk menulis cerita ini dari pengalaman pribadinya serta perceraian orang tuanya. Persamaan profesi orang tua tidak hanya melahirkan pembicaraan menarik tentang Dickens saat makan malam, namun juga mengundang persaingan, bahkan antara suami dan istri.
Sebagai seorang sutradara, Noah Baumbach tetap bertahan pada spesialisasinya sebagai pengarah film bergaya drama-komedi. Hingga tahun 2012, ia telah menyutradarai tujuh film, dan semuanya adalah film drama-komedi. Namun demikian, film drama-komedi yang ditampilkan bukan sekadar komedi ringan, akan tetapi tetap memuat nilai-nilai kritis kehidupan sosial manusia.
Setelah The Squid and the Whale dirilis pada tahun 2005, Noah Baumbach menyutradarai Margot at the Wedding (2007), Greenberg (2010), dan Frances Ha (2012). Ketiganya juga merupakan film yang beraliran sama dengan The Squid and the Whale.

Aliran black comedy
Dalam beberapa situs khusus film, seperti Internet Movie Database (IMDb), The Squid and the Whale disebut sebagai sebuah film beraliran komedi. Namun demikian, lebih tepat apabila film ini dimasukkan dalam kategori black comedy, yakni sebuah genre komedi yang menggunakan black humor. Istilah black humor berasal dari bahasa Perancis, humour noir. André Breton, seorang teoretikus surealis, pertama kali menggunakan istilah tersebut dalam bukunya yang berjudul Anthology of Black Humor untuk menggambarkan sub-genre komedi dan satir, di mana tawa muncul dari sinisme dan skeptisisme
Yang membedakan black comedy dengan tipikal komedi lainnya adalah unsur-unsur komedik yang disampaikan melampaui tindakan yang hanya menceritakan lelucon, namun berfokus pada komedi situasional. Tujuan dari black comedy adalah untuk meringankan penjelasan mengenai topik-topik serius, tabu, bahkan isu-isu vulgar, seperti kematian, pembunuhan massal, bunuh diri, penyakit, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, perang, terorisme, dan lain sebagainya. Black comedy menawarkan situasi yang tragis, suram, atau aneh sebagai elemen utama plot.
Dalam The Squid and the Whale, situasi utama yang disuguhkan adalah perceraian. Film ini tidak hanya menunjukkan permasalahan suami-istri yang kemudian memicu perceraian, namun juga menjelaskan bagaimana kondisi anak-anak setelah orang tuanya bercerai, bagaimana perceraian mempengaruhi pola pikir dan bertindak mereka, bagaimana usia belia disadari menjadi usia rawan, dan didikan keluarga menjadi bagian penting.
Salah satu hal yang perlu dipikirkan berkaitan dengan perceraian adalah hak asuh anak, yang kemudian oleh film ini diangkat menjadi tagline; Joint Custody Blows. Komedi situasional yang ditampilkan dalam film ini satu di antaranya adalah ketika Bernard dan Joan juga memperebutkan hak asuh atas seekor kucing peliharaan keluarga mereka. Situasi tersebut menjadi getir bagaimana perceraian memaksa banyak hal untuk terbagi-bagi, termasuk hal sederhana seperti hewan peliharaan. Unsur humor yang digambarkan dalam kejadian tragis ditambah ketika Walt bertanya kepada ayahnya, “Dad, what will happen with the cat?” kemudian shot beralih ke arah kucing mereka yang sedang bermalas-malasan, dan tidak tahu apa-apa bahwa dirinya sedang diperebutkan.

Karakterisasi tokoh
Karakterisasi tokoh dalam film ini mayoritas digambarkan melalui pikiran dan tindakan yang dilakukan tokoh. Karakterisasi melalui percakapan tokoh lain tidak sepenuhnya dapat menggambarkan watak tokoh, karena dominasi perasaan tidak suka terhadap tokoh. Karakterisasi subjektif semacam ini tampak pada adegan ketika Walt mengatakan kepada adiknya, Frank, bahwa ibu mereka adalah seorang pembohong. Pada kenyataannya, belum tentu sang ibu adalah seorang pembohong, karena pendapat Walt dipengaruhi oleh perasaan tidak suka pada ibunya karena ia menganggap bahwa ibunya adalah penyebab perpecahan keluarga mereka.
Bernard digambarkan sebagai sosok yang arogan dan bersikap superior. Pengetahuannya yang luas menjadikannya sering menilai orang lain dan kurang memberikan toleransi pada perbedaan persepsi. Terlepas dari sisi negatif yang dimiliki, Bernard memiliki sifat penyayang. Meskipun mengetahui istrinya berselingkuh, ia berusaha untuk membujuk istrinya mencabut gugatan cerai demi keutuhan rumah tangganya.
Joan adalah sosok istri yang kurang patuh. Ia juga diketahui beberapa kali berselingkuh. Namun demikian, sisi bijaksananya sebagai seorang ibu digambarkan ketika ia menegur Bernard yang tinggal bersama Lili, mahasiswinya yang berusia 20-an tahun, padahal ia juga tinggal bersama anak laki-lakinya yang mulai beranjak dewasa. Laura Linney mampu membawakan karakter ini dengan baik. Ia berperan sebagai seorang perempuan yang tidak setia, namun pada beberapa bagian mampu membalikkan emosi penonton menjadi bersimpatik padanya, seperti ketika ia sedang bertengkar dengan Walt.
Dua karakter lain yang ditonjolkan, yakni Walt dan Frank. Walt lebih senang mengklaim ide orang sebagai miliknya untuk mendapat apresiasi, bahkan ia pernah menyanyikan lagu Pink Floyd yang berjudul Hey You dalam acara pertunjukan bakat di sekolahnya dan mengakuinya sebagai karyanya, hingga akhirnya ia mendapat masalah dengan pihak sekolah karena hal tersebut. Berbeda dengan kakaknya, Frank memilih untuk tinggal bersama ibunya karena ia hampir selalu dalam posisi disalahkan oleh ayah dan kakaknya, meskipun pada kenyataannya ia justru kurang mendapat perhatian dari ibunya yang sibuk berkencan. Di tengah kesendiriannya, ia mulai mengenal alkohol dan masturbasi.

The Squid and the Whale
Judul film ini merujuk pada diorama seekor cumi-cumi raksasa yang sedang melawan seekor paus yang berada di American Museum of Natural History. Diorama tersebut ditunjukkan pada adegan terakhir film, yakni ketika Walt mengunjungi museum. Namun demikian, tidak dijelaskan secara gamblang pemaknaan judul dan diorama tersebut.
Yang paling sederhana, bisa saja The Squid and the Whale dan kaitannya dengan diorama seekor cumi-cumi raksasa yang sedang melawan seekor paus menggambarkan konflik antara Bernard dan Joan. Lebih dalam lagi, hal tersebut juga dapat menggambarkan konflik antara Walt dan Frank pasca perceraian orang tua mereka, atau konflik internal masing-masing individu. Kemungkinan lainnya, The Squid and the Whale merujuk pada memori masa kecil Walt ketika orang tuanya belum bercerai. Hal tersebut dijelaskan pada beberapa adegan sebelumnya ketika Walt mengunjungi psikiater. Ia menceritakan pengalamannya yang menyenangkan bersama ibunya sewaktu ia masih kecil. Mereka menonton film favorit bersama, lalu mengunjungi museum. Semula ia merasa begitu takut dengan diorama cumi-cumi dan paus, namun setelah mendengarkan nasehat dari ibunya, rasa takutnya berkurang.
Meskipun tak jarang menimbulkan kebingungan, namun judul The Squid and the Whale justru memberikan ruang bagi penonton untuk memberikan interpretasi masing-masing dan tidak terpaku pada penggarap film.

Perceraian di Brooklyn
The Squid and the Whale berlatar era 1986. Di era tersebut, telepon genggam dan internet belum menjadi budaya masyarakat, sehingga komunikasi yang dilakukan masih bersifat langsung, maupun menggunakan telepon rumah sebagai satu-satunya media populer. Meski tak jarang isu perceraian dikaitkan dengan kurangnya komunikasi dalam keluarga, tetapi film ini berkata lain. Keluarga Bernard melakukan tradisi makan bersama. Dengan kata lain, keluarga Bernard masih memiliki quality time, namun perceraian tetap tidak dapat dihindari.
Dalam film ini dijelaskan bagaimana perceraian orang tua bukan lagi menjadi isu baru bagi remaja di Brooklyn, namun tetap menjadi suatu hal yang sulit dipercaya ketika melanda orang tua mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam dialog antara Walt dengan ibunya setelah rapat keluarga di ruang tengah.
Walt        : “I can’t imagine living like this.”
Joan        : “Don’t most of your friends already have divorced parents?”
Walt        : “Yeah, but I don’t.”
Selain itu, digambarkan pula betapa bingungnya Frank mendengar kabar bahwa orang tuanya akan bercerai. Ia menangis, lalu menelepon beberapa teman terdekatnya.

Disfungsi keluarga
         Keluarga disfungsional biasanya terjadi akibat kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang, atau lain-lain oleh orang tua, seperti penyakit jiwa atau gangguan kepribadian orang tua, atau pengalaman keluarga orang tua yang disfungsional. Berdasarkan sebuah penelitian, sejak tahun 1960-an, di Amerika sudah banyak kasus perceraian, sehingga timbullah disfungsi keluarga yang mengakibatkan anak-anak tidak mendapat perhatian yang utuh dari kedua orang tuanya. Dengan demikian, pada masa The Squid and the Whale mengambil latar waktu, sudah banyak terjadi disfungsi keluarga dikarenakan kasus perceraian dan masalah-masalah yang ditimbulkan.
         Dalam jurnal Family Relations, dikatakan bahwa anak yang memiliki orang tua kooperatif lebih sedikit memiliki masalah perilaku dibandingkan mereka yang memiliki orang tua yang sudah berpisah. Anak-anak dengan orang tua yang sudah berpisah dijelaskan memiliki masalah dengan kepercayaan diri, kepuasan terhadap kehidupan dan sekolah, pengalaman dengan rokok, obat-obatan, maupun alkohol. Hal serupa juga ditemukan oleh para peneliti dari Pennsylvania State University yang hanya sedikit mendukung kayakinan masyarakat bahwa masih ada perceraian yang ‘baik’, yakni yang masih bersikap kooperatif dalam hal pengasuhan anak.

The Squid and the Whale arahan sutradara Noah Baumbach secara terbuka memuat situasi seksual yang melibatkan remaja dan orang dewasa, serta berbagai kata-kata kasar, namun memberikan pesan moral terutama bagi para remaja yang mengalami perceraian orang tua. Disajikan dengan faded technique oleh Robert Yeoman, sang Director of Photography, film ini terkesan penuh nostalgia. Lagu-lagu yang digunakan sebagai soundtrack pun menambah kesan 80-an.
         Meskipun mengandung pesan positif, yakni mengenai pengaruh destruktif perceraian, namun hal tersebut disampaikan dengan cara vulgar demi menjunjung nilai realisme. Hal tersebut terlihat pada konten seksual yang ditampilkan—yang meskipun tidak digambarkan secara erotis, namun kasar. Selain itu, banyak pula ditemukan kata-kata makian. Namun demikian, hal ini bukan menjadi kekurangan film ini, melainkan menjelaskan bahwa film ini menggunakan gayanya sendiri dalam memberikan visualisasi, yakni jujur, terbuka, dan apa adanya.

         Boleh saja dikatakan sudah banyak film lain yang berbicara mengenai keluarga, perceraian, single-parent, masalah remaja, namun apabila The Squid and the Whale menjadi nominasi Oscar di Academy Awards, USA dan memenangkan 19 penghargaan, seperti AFI Award di AFI Awards, USA, Directing Award  dan Waldo Salt Screenwriting Award di Sundance Film Festival, Austin Film Critics Award di Austin Film Critics Association, Best Actress di Las Palmas Film Festival, dan lain-lain, serta 27 nominasi lainnya, tentu menambah poin alasan untuk menonton film ini.

No comments:

Post a Comment